Syiir Tasawwuf: Mengingat Kematian - Baitussalam Media
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ:

PILIH BAHASA

Home » , » Syiir Tasawwuf: Mengingat Kematian

Syiir Tasawwuf: Mengingat Kematian

Written By Unknown on Senin, 02 Juni 2014 | 19.47


MENGINGAT KEMATIAN
Memaknai Syi'ir Tasawwuf Para Wali


Setiap yang hidup pasti akan mati, demikian halnya dengan manusia. Semua manusia di dunia ini akan mati. Untuk itu melalui salah satu puji-pujian manusia diingatkan akan datangnya kematian..
Dalam teks:
"ilingono para timbalan
(Ingatlah jika sudah waktunya dipanggil)

Timbalane ora keno wakilan’
(Panggilannya tak bisa diwakilkan)

Timbalane kang maha mulya
(Panggilan dari Yang Maha Kuasa)

Gelem ora bakal lunga"
(Mau-tak mau harus pergi)
Panggilan yang dimaksudkan adalah panggilan Yang Maha Kuasa.Tak ada satupun yang kuasa menghalanginya. Harta, tahta, ataupun kerabat dan keluarga takkan bisa menghentikannya. Panggilan untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan selama di dunia. Hendaknya selama masih hidup selalu ingat dan takut hanya pada Allah karena dengan rasa takut itu menjadikannya berhati-hati dan berusaha selalu di jalan yang benar.

GAMBARAN ORANG YANG SUDAH MATI
"Klambine diganti putih
(Bajunya diganti putih)

Nek budal ora bisa mole
(Jika berangkat tak bisa kembali)

Tumpak ane kereto jowo
(Kendaraannya kereta Jawa)

Roda papat rupa menongsa
(Beroda empat berupa manusia)

Oma e rupa goa
(Rumahnya serupa Go’a)

Ora bantal ora keloso
(Tak ada bantal ataupun tikar)

Omah e gak nok lawange
(Rumahnya tidak ada pintunya)

Turu ijen gak nok rewange"
(Tidur sendirian tak ada yang menemani)

Perintah untuk memperbanyak mengingat kematian dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Tirmidzi (dalam Addimasyqy, 1983: 1048) menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: ” Perbanyaklah mengingat-ingat sesuatu yang melenyapkan segala macam kelezatan (kematian)”. Selain itu, mengingat kematian dapat melebur dosa dan berzuhud. Dengan mengingat kematian maka kematian itu sendiri sebagai pengingat pada diri sendiri dan orang yang tercerdik adalah orang yang terbanyak mengingat kepada kematian sebagaimana makna hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu Abiddunnya berikut.
”Secerdik-cerdik manusia ialah yang terbanyak ingatannya kepada kematian serta yang terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian itu. Mereka itulah orang-orang yang benar-banr cerdik dan mereka akan pergi ke alam baka dengan membawa kemuliaan akhirat” (dalam Addimasyqy, 1983: 1049).
Ajaran Tasawuf yang salah satunya adalah ajakan untuk melakukan zuhud merupakan salah satu jalan untuk takut dan berusaha mendekatkan diri pada Allah. Menurut Imam Ahmad bin Hambal (dalam Dahlan, dkk, 1988: 324), seorang ahli fiqih, membagi zuhud menjadi tiga, yakni 
(1) meninggalkan yang haram (zuhud orang awam);
(2) meninggalkan yang tak berguna dari yang halal (zuhud orang khawash, para aulia’); dan 
(3) meninggalkan sesuatu yang dapat memalingkan diri dari Allah SWT (zuhud orang Arifin, orang yang sangat dekat dan kenal benar pada Allah.
************************

Pesan Baitussalam Media:
Jangan anda biarkan pengetahuan anda ini untuk anda sendiri.
Berbagilah bersama yang lain, mudah-mudahan anda mendapatkan kebaikan yang sama.

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

BAITUSSALAM MEDIA

BAITUSSALAM MEDIA

Arsip Blog

 
Support : TK/TPA Baitussalam | Remaja Masjid Baitussalam | Yayasan Baitussalam
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2013. Baitussalam Media - All Rights Reserved
Template Design by Bani Hasyim Published by Baitussalam Media