4. Tadbir Dan Cara Menyikapinya - Baitussalam Media
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ:

PILIH BAHASA

Home » , » 4. Tadbir Dan Cara Menyikapinya

4. Tadbir Dan Cara Menyikapinya

Written By Unknown on Sabtu, 15 November 2014 | 17.09

“Lambaikan hatimu dari apa yang telah dalam PENGATURAN, apa saja yang telah diatur oleh selainmu, maka kamu jangan mengaturnya untukmu”


Mengatur diri untuk mengikuti apa yang telah diatur oleh Allah SWT untuk dirinya adalah kewajiban seorang hamba dalam melaksanakan pengabdian secara hakiki. Allah-lah satu-satunya yang terlebih dahulu mengatur segala kehidupan dan alam semesta, sebagaimana firman-Nya, yang artinya.

“Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tiak ada pilihan bagi mereka.” (QS:Al-Qashosh)

Apabila ada pengaturan dari selain-Nya yang berjalan tidak bersesuaian dengan aturan itu, pengaturan itu akan sia-sia. Ketika masa tangguhnya telah terlewati, aturan itu pasti akan hancur berantakan tanpa ada bekasnya lagi.

Salah satu kewajiban seorang hamba yang tidak kalah pentingnya dari ibadah yang telah dijalani adalah mengatur dan meimilih jenis ibadah itu, minimal ibadah yang mendekati kepada apa yang telah ditentukan oleh Allah SWT untuk dirinya. Caranya, dengan menghadapi realitas yang sedang terjadi, baik senang maupun susah, dengan hati yang pasrah. Melenturkan hasrat dan semangat, mengikuti apa yang sedang terjadi, karena apa yang telah terjadi pasti sesuai dengan kehendak Allah SWT untuk dirinya, dengan keyakinan, bahwa Allah SWT tidak pernah salah didalam berbuat.

Adakah orang yang mencintai tetapi akan memberikan yang tidak baik kepada orang yang dicintainya? Tinggal bagamana kekuatan iman seorang hamba dalam menyikapi kejadian yang sedang dihadapi. Ketika sedang menghadapi sesuatu yang tidak sama dengan kehendak hatinya, menghadapi musibah umpamanya, sanggupkah hatinya tetap yakin bahwa dengan musibah itu sesungguhya Allah SWT sedang menguji keimanan dan kecintaannya?

Allah SWT adalah Sang Pencipta dan Sang Pengatur Alam Semesta sebagaimana firman-Nya.

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah SWT yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Ia bersemayam diatas Arsy (Berkuasa) untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafaat kecuali setelah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah SWT, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS: Yunus: 3)

Allah SWT adalah pengatur segala sesuatu yang dilangit maupun yang dibumi. Adapun salah satu taqdirnya adalah bagimana Allah SWT mentarbiyah hamba-hamba-Nya yang beriman. Dengan tarbiyah itu supaya hati mereka tumbuh berkembang, menjadi keyakinan dan makrifat yang kuat. Oleh sebab itu, terhadap hamba-hamba yang dicintai itu, apa saja yang ada dalam kehidupan, itu senantiasa dijadikan-Nya sarana dan media, dimana dengan realitas kehidupan yang terjadi itulah Allah SWT dapat menyampaikan segala kehendak-Nya:

“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu akan dikembalikan.” (QS: Al-Anbiya: 35)

Kebaikan dan keburukan itu bertujuan supaya seorang hamba senantiasa sadar bahwa ia akan kembali kepada Allah SWT dalam keadaan yang bak sebagaimana asalnya. Yaitu, kembali dalam keadaan sebagaimana fitrahnya. Untuk itu keburukan dan kebaikan dijadikan sebagai media fitnah atau ujian bagi hamba-hamba yang dicintai-Nya. Dalam menghadapi realitas hidup tersebut, kekuatan iman adalah hal yang sangat menentukan supaya seorang hamba mampu menyikapinya dengan tepat.

Kalau iman dalam hati telah kuat, jika hati telah percaya bahwa keduanya hanyalah sekedar batu ujian untuk menjaga kekuatan imannya, maka apapun yang sedang dihadapi sesungguhnya secara hakiki ia hanyalah menghadapi Allah SWT sebagai kehendak dan pilihannya.

Oleh karena itu, Allah SWT haruslah yang paling dicintai oleh seorang hamba. Apabila yang dicintai hanya Allah SWT dan selain-Nya adalah sarana untuk mengaktualisasikan kecintaan tersebut, maka baginya tidak ada pilihan lagi dalam menghadapi keduanya, baik susah maupun senang dirasakannya sama.

Bahkan ketika mendapatkan susah, hatinya malah menjadi senang. Sebab dibalik susah itu pasti ada senang, juga dengan susah ia dapat menunjukkan kepada kekasihnya bahwa dengan pemberian itu, walau pemberian itu adalah sesuatu yang tidak disukai, ia dapat menerima dengan senang hati, karena yang memberi adalah pihak yang dicintai. Sebaliknya, ketika sedang menghadapi senang, hatinya menjadi prihatin, karena ia tahu bahwa dibalik senang itu pasti adalah susah. Maka senang itu tidak dihabiskannya sendiri, melainkan dibagi  bersama orang-orang yang ada disampingnya. Hal itu dengan harapan, supaya senangnya tidak cepat habis. Allah SWT telah menegaskan yang demikian itu melalui firman-Nya:

Artinya:
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah SWT dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah SWT dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS: Al-Ahzab: 36)


Asy-Syaikh ra. Berkata:
“Lambaikan hatimu dari apa yang telah dalam PENGATURAN, apa saja yang telah diatur oleh selainmu, maka kamu jangan mengaturnya untukmu”



==================
Dikutip dari: Syarah Hikam, Ibnu Athoillh
Oleh: Muhammad Luthfi Ghozali
Diposkan oleh: Musyahadi Al-Hasyim
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

BAITUSSALAM MEDIA

BAITUSSALAM MEDIA

Arsip Blog

 
Support : TK/TPA Baitussalam | Remaja Masjid Baitussalam | Yayasan Baitussalam
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2013. Baitussalam Media - All Rights Reserved
Template Design by Bani Hasyim Published by Baitussalam Media