“Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia
akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (Q.S.Shaad
[38]:26
ManajemenQolbu.Com : Ciri khas yang tampak dari keluarga yang
tidak memiliki ilmu dalam berumah tangga adalah para penghuninya selalu sangat
mengandalkan emosi di dalam mengatasi setiap masalah yang muncul . Betapa tidak
! Karena, mereka tidak pernah tahu bagaimana cara menghadapi masalah yang selalu
muncul seiring bertambahnya jumlah anggota keluarga. Seorang ayah yang kurang
ilmu akan sangat mengandalkan kekerasan dalam mengatasi setiap persoalan yang
muncul. Ini dikarenakan semakin hari tuntutan kebutuhan hidup terus meningkat ,
sehingga potensial akan bertumpuk dalam pikiran , berjalin berkelindan dengan
beban stressing mental karena rutinitas kesibukan kantor.Manakala iman tengah
menipis, kendati batin pun akan mengendur. Ini mengakibatkan tindakan mencari
nafkah untuk mengatasi pertambahan kebutuhan tersebut menjadi kurang terkontrol.
Tak ayal , pertimbangan halal haram dan hak bathil pun jadi
tertepiskan. Keberkahan atas rezeki yang diperoleh pun praktis terkikis. Ketika
rezeki itu telah dinikmati oleh istri dan anak-anak di rumah, maka tidak bisa
tidak , ia bukannya membuahkan ketenangan batin, melainkan kegundahgelisahan,
yang ujung-ujungnya malah bisa menaikkan kadar emosionalitas sang
ayah.
Sementara itu, anak-anak semakin hari semakin beranjak besar.
Ketika masih bayi mereka butuh perhatian khusus. Keterbatasan ilmu orang tua,
tidak bisa tidak, akan mengakibatkan bayi menjadi teraniaya, baik ketika itu
maupun setelah mereka besar kelak. Tidakkah kalau mereka menjadi penyakitan
karena orang tua tidak mengetahui cara memperhatikan aspek kesehatan mereka,
akan membuat mereka menjadi sengsara dan menderita hidup di dunia? Tidakkah
kalau mereka kelak menjadi rendah kadar intelektualitasnya, akan membuatnya
tidak memiliki prestasi hidup, sehingga menjadi manusia yang gagal dan
tersisihkan? Bukankah kalau kelak mereka menjadi anak-anak nakal, tersesat
dari jalan yang benar akan membuat mereka menderita dunia akhirat ? Masih
banyak lagi akibat buruk lainnya yang akan menimpa anak-anak karena kita para
orang tua tidak memiliki bekal ilmu.
Belum lagi kalau pihak orang tua
terlalu mengandalkan emosi dan kekerasan , sehingga praktis segala pendekatan
yang kita gunakan hampir bisa dipastikan selalu membuahkan kegagalan
dalam memecahkan masalah. Menghadapi anak-anak yang nakal dan enggan menuruti
nasihat orang tua, misalnya. Tentulah akan didekati dengan kepala and hati
yang panas membara. Menghadapi istri yang terkesan rewel , sok mengatur, dan
mulai membosankan , atau sebaliknya, menghadapi suami yang terkesan otoriter ,
banyak tuntutan , sering telat pulang ke rumah, misalnya. Tentulah semua itu
akan membuat rumah menjadi terasa gerah karena darah yang selalu bergolak
panas. Na’udzubillah!
Walhasil, sekiranya ada diantara suami-istri
yang jarang mendatangi majelis-majelis ilmu, enggan menyisihkan waktu untuk
membuka bahan bacaan ataupun berdialog dengan orang yang lebih tahu, hampir
dapat dipastikan rumah tangganya akan tidak seimbang, akan selalu dekat dengan
kesusahan dan penderitaan batin, tidak arif dalam menyelesaikan aneka masalah,
dan bukan mustahil akan berujung pada kegagalan yang sangat menyakitkan dan
merugikan. Oleh karena itu, tampaknya kita harus mempersiapkan bekal ilmu ini
justru semenjak kita berkeinginan untuk menikah. Atau, kalaupun kita sudah lama
berumah tangga , belum terlambat untuk menyadari bahwa ilmu adalah bekal utama
yang harus segera digapai. Jangan merasa sayang untuk menyisihkan sebagian dari
waktu maupun penghasilan nafkah kita untuk menambah ilmu. Apakah itu untuk
membeli buku dan bahan bacaan lainnya yang dibutuhkan, untuk
mendatangi majelis-majelis ta’lim yang di dalamnya justru tidak hanya
bertaburkan ilmu, tetapi juga rahmat dan pertolongan Allah , mengikuti
training, kursus, dan sejenisnya.
Ingat, gagalnya seorang ayah atau ibu
dalam menyelesaiakan aneka masalah yang muncul di tengah-tengah keluarga,
bukannya karena masalahnya yang berat atau rumit, melainkan lebih dikarenakan
lemahnya keterampilan dan sikap kita dalam menyikapi dan menyiasati masalah
itu sendiri.
Jangan salahkan siapapun kalau rumah tangga kita dari
hari ke hari selalu terasa runyam dan tidak nyaman. Salahkanlah diri sendiri
sebagai orang tua yang enggan menjadikan ilmu sebagai bekal utama untuk
mengarungi samudera kehidupan yang memang penuh ombak dan badai ini.
Ilmu agama adalah utama, tetapi ilmu dunia pun tak kalah pentingnya. Rumah
tangga yang tidak dekat dengan ilmu adalah rumah tangga yang akan selalu
dekat dengan kesusahan dan kesempitan. Camkanlah!
Gemar
Beramal
Ternyata setiap ilmu itu tidak membawa manfaat, kecuali bila
sudah mewujud dalam bentuk amal. Rumus kehidupan ini sebenanya sederhana
saja, yakni: seseorang tidak akan mendapatkan sesuatu dari apa yang diinginkan,
tetapi dari apa yang bisa ia lakukan. Karenanya, syarat yang kedua bagi
tercapainya rumah tangga yang ideal setelah menguasai ilmu adalah gemar
mengamalkannya. Hidup ini bagaikan gaung di pegunungan. Apa yang kembali kepada
kita tergantung dari apa yang kita bunyikan. Sekiranya menginginkan suatu
kebaikan menghampiri kita, maka ia tidak bisa datang hanya dengan cara meminta
orang lain berbuat baik. Akan tetapi, terlebih dulu harus melakukan suatu
kebaikan kepada orang lain.
Suami yang sibuk menyayangi dan membahagiakan
istrinya lahir batin, niscaya akan mendapatkan balasan yang amat mengesankan
dari sang istri. Demikian pun kalau istri ingin disayangi dan dibahagiakan
suami. Jawabannya hanya satu : barangsiapa bisa memuliakan suaminya dengan
ikhlas, Allah pun akan melembutkan hati sang suami untuk menyayanginya dengan
penuh keikhlasan pula. [manajemenqolbu.com]***
Bersambung ……
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !